Tuesday 29 September 2009

Pendekatan Pengembangan Budaya Nasional Indonesia Dalam Era Globalisasi

Seperti telah disinggung diatas, budaya akan memberikan jati diri pada pendukungnya. Dengan kata lain, budaya akan membedakan pendukungnya dari pendukung budaya lain. Budaya juga merupakan pegangan bagi pendukungnya dalam menjalankan hidupnya, memberikan rasa aman, kebahagiaan, serta kesejahteraan lahir batin. Namun, budaya selalu berubah karena, antara lain, perjumpaannya dengan budaya-budaya lain. Walaupun budaya berbeda-beda, ada unsur-unsur dasarnya yang bersifat semesta. Selain itu, walaupun manusia merupakan produk budayanya (nurture), manusia di dalam budaya manapun dia berada, memiliki aspek biologis (nature) yang sama, yang juga menjadi sebagian dari dasar hak-hak asasi manusia yang universal.
Selain kedua hakikat tersebut diatas, terlihat pula bahwa manusia mempunyai berbagai kemampuan (competence), yang inheren dalam dirinya, kemampuan menciptakan dan memakai simbol-simbol (contoh : kemampuan manusia untuk menciptakan dan menguasai bahasa). Budaya biasanya dikaitkan dengan konsep bangsa. Jika suatu bangsa kebetulan bertumpang tindih secara sempurna (sama dan sebangun untuk meminjam istilah planimetri) dengan suatu suku atau etnis (keadaan seperti ini lebih merupakan kekecualian daripada kebiasaan dewasa ini), maka hubungan budaya dan bangsa tidaklah terlalu rumit. Mengembangkan budaya bukanlah pekerjaan yang mudah bagi bangsa Indonesia yang sangat pluralistis itu. telah disepakati bahwa masyarakat Indonesia mempunyai paham kebangsaan dan bangsa Indonesia itu berciri kebhinnekaan dan ketunggalan. Kebhinnekaannya itu diwakili oleh budaya-budaya etnis (yang tradisional) dan ketunggalannya diwakili oleh apa yang disebut budaya nasional yang supraetnis, yaitu budaya yang unsur-unsurnya banyak terdiri atas unsur-unsur baru (non tradisional dan modern, biasanya berupa unsur-unsur pinjaman dari budaya-budaya lain) dan hasi inovasi dan ciptaan mukhtahir bangsa Indonesia sendiri.
Budaya nasional yang supraetnis, berdasarkan hakikat unsur-unsur pembetuknya dan proses pembetukkannya, harus mempunyai daya cakup yang luas sehingga meliputi seluruh rakyat dan wilayah Indonesia. Dia bersifat inklusif, tidak eksklusif, tidak primordial atau sektarian, sedang budaya etnis, seperti kita ketahui menurut hakikatnya, lebih eksklusif daripada inklusif. Budaya yang demikian diharapkan dapat memberikan rasa kesatuan dan persatuan bagi setiap warga negara Indonesia. Untuk memberikan sekadar contoh, unsur-unsur budaya yang dapat berperan demikian adalah bahasa dan sastra Indonesia. Bahasa Indonesia (yang tadinya adalah bahasa Melayu) sama sekali bukanlah pemberian atau hadiah dari kelompok mana pun. Adalah kesepakatan para pejuang yang mengankat bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan untuk bangsa Indonesia melalui Sumpah Pemuda 1928. Lagu-lagu modern Indonesia seperti lagu-lagu perjuangan dan lagu-lagu lain karangan komponis Indonesia juga merupakan unsur-unsur budaya Indonesia yang daya cakupnya luas.

No comments:

Post a Comment