Monday 12 October 2009

Persepsi Komunikasi dan Kebudayaan Terhadap Etnis Tionghoa

Komunikasi dan Kebudayaan Etnis Tionghoa
 Persepsi Pribadi.
Persepsi pribadi saya terhadap warga keturunan Tionghoa bermacam-macam, walaupun saya dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkup keluarga keturunan Tionghoa yang masih berurat akar pada kebudayaan nenek moyang, terutama dari pihak ibu saya.
Warga keturunan Tionghoa merupakan orang Indonesia yang mempunyai garis keturunan Cina atau Tionghoa, baik secara langsung maupun yang sudah berlangsung lama, entah dari nenek/kakek, atau bahkan dari perkawinan antara sesama warga Tionghoa. Dari saya sendiri, saya mendapatkan garis keturunan Tionghoa dari kedua belah pihak, yaitu dari bapak dan ibu saya. Yang menjadi perbedaan adalah, ayah saya merupakan warga Jakarta keturunan Tionghoa. Dalam hal ini, banyak warga keturunan Tionghoa, yang tidak dapat berbicara bahasa asalnya baik lisan maupun tulisan. Kebanyakan hal ini terjadi karena silsilah keluarga sudah sangat jauh, dan telah menetap di Indonesia dalam kurun waktu yang cukup lama sehingga bahasa sehari-hari sudah bukan merupakan bahasa Mandarin atau dialek lain.
Sedangkan dari keluarga ibu saya, merupakan sebuah keluarga dengan keturunan langsung yaitu dari kakek saya yang bermigrasi dari RRC menuju ke Pulau Sumatra, tepatnya di kota Pematang Siantar. Di kota tersebut, perbendaharaan bahasa asal masih dijaga dengan penuh, berhubung penduduknya sebagian besar merupakan warga keturunan. Hal-hal yang menjadi dasar kekaguman saya terhadap masyarakat keturunan Tionghoa dari Pematang Siantar dan juga dari daerah-daerah lain, seperti Medan, Bangka, dan Padang antara lain, mereka masih benar-benar menghormati leluhur dan nenek moyang. Hal ini ditandai dengan ditempatkannya altar-altar persembahan berikut hio untuk dibakar yang ditujukan kepada leluhur atau sanak keluarga yang sudah meninggal. Hal ini merupakan hal yang lumrah diadakan setiap hari, biasanya diadakan pada pagi hari sebelum memulai kerja, dan malam hari ketika semua penghuni rumah sudah berada di rumah.
Yang menjadi puncak kekaguman saya adalah, walaupun para anggota keluarga sudah mempunyai agama masing-masing (dalam hal ini, keluarga saya merupakan penganut agama Katolik) tetap tidak menjadi penghalang untuk berdoa kepada leluhur dan nenek moyang, walaupun hanya sekedar untuk menyampaikan salam penghormatan. Akan tetapi ritual sembahyang tetap dilakukan, yang menjadi ritual utama pada umumnya dilakukan setiap tahun sekali, yaitu prosesi perayaan tahun baru Imlek, Ceng Beng (penghormatan bagi setiap arwah yang sudah meninggal), Cap Go Meh (perayaan pada saat bulan baru), dan sebagainya.
Selain itu, warga keturunan Tionghoa pada umumnya mudah untuk bersosialisasi dengan orang lain, enak untuk diajak bicara, dan juga merupakan orang-orang yang mudah dipercaya. Hal ini saya lihat, dari kepandaian bersilat lidah, kemampuan untuk menarik orang lain ke dalam pembicaraan, dan juga kepandaian dalam mencari peluang berbisnis. Tidak dapat dipungkiri, bahwa roda perekonomian Indonesia sedikit banyak juga mendapat sumbangsih dari warga keturunan Tionghoa yang menjadi seorang pengusaha sukses. Banyak yang beranggapan hal ini dipengaruhi dari saat abad ke 14 dan 15, pada saat perdagangan saudagar-saudagar Cina yang melakukan perdagangan di selat Malaka dan Sunda. Hal ini membawa pengaruh yang cukup signifikan terhadap garis keturunan mereka.
Selain itu, dalam hal kuliner, masyarakat Tionghoa juga membawa pengaruh yang cukup signifikan, ditandai dengan menjamurnya restoran-restoran Chinese Food yang bahkan sering kali pemiliknya bukanlah seorang warga keturunan. Selain itu dapat dilihat juga dari pedagang mie ayam keliling, yang walaupun bukan warga keturunan, dapat menyajikan mie ayam dengan bumbu dan resep yang sama seperti aslinya. Hal ini tentunya semakin menambah keanekaragaman budaya Indonesia. Selain itu, seiring dengan semakin terbukanya pemikiran masyarakat, hingga kini masyarakat Tionghoa dengan masyarakat pribumi dapat hidup berdampingan dengan damai, hal yang tidak mudah dilakukan pada saat rezim Orde Baru.
 Persepsi Masyarakat

Persepsi masyarakat secara umum terhadap warga keturunan Tionghoa beranekaragam. Mulai dari yang negatif seperti licik, picik, egois, suka menang sendiri, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan, suka menipu, dan sebagainya. Banyak orang yang beranggapan bahwa etnis Tionghoa merupakan orang yang patut diwaspadai, hal ini saya anggap kurang bisa mewakili, karena merupakan persepsi dari satu-dua orang saja. Saya mengakui bahwa memang benar banyak warga keturunan Tionghoa yang picik dan suka memanfaatkan orang lain, sehingga benar-benar merusak citra dari suku Tionghoa itu sendiri.

Hal-hal positif yang merupakan anggapan dari masyarakat adalah etnis Tionghoa merupakan pebisnis handal yang mampu memanfaatkan setiap peluang, seseorang yang taat dan hormat terhadap leluhur dan nenek moyang, merupakan etnis yang mengekspresikan dirinya secara terbuka, etnis dengan akar kebudayaan unik yang terpelihara hingga sekarang, dan juga etnis yang selalu berkumpul bersama keluarga dalam merayakan hari besarnya.
Walaupun begitu, banyak yang masih beranggapan bahwa masyarakat Tionghoa merupakan suku yang rasis, berdasarkan pada sikap dan tingkah laku sehari-hari dari masyarakatnya. Sependengaran saya, pada saat rezim Orde Baru, masyarakat Tionghoa secara tidak adil dibatasi hak-haknya, seperti contoh tidak boleh merayakan hari besar Imlek, dan sebagainya. Oleh karena itu secara tidak langsung muncul sebuah trauma yang mendalam dalam diri masyarakat Tionghoa pada umumnya. Akan tetapi seiring dengan perubahan zaman, perubahan konstitusi dimana masyarakat Tionghoa dapat kembali merayakan hari-hari besarnya, dan juga boleh untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, hal-hal ini secara sedikit demi sedikit dan berkontinu dapat dikurangi.
 Perbandingan Persepsi Pribadi dengan Persepsi Masyarakat

Secara khusus, sedikit demi sedikit persepsi negatif orang lain terhadap etnis Tionghoa akan terkikis hingga mungkin akan hilang, jikalau setiap penduduk dapat hidup berdampingan dengan damai tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras dan golongan. Yang saya lihat dalam kehidupan Jakarta sekarang ini, masyarakat dalam berbagai latar-belakang sudah mampu menerima keunikan dari masyarakat berlainan ras. Walaupun begitu, kadangkala masih terdapat anjuran dari sesepuh keluarga, seperti tradisi perkawinan dengan sesama warga keturunan, sehingga halangan walaupun sedikit masih tetap ada.
Hal-hal seperti ini dianggap sebagai suatu tradisi yang harus dijaga, dalam hal berketurunan Tionghoa. Walaupun begitu pemikiran-pemikiran dari orang lain sedikit banyak bertolak belakang dengan pandangan saya. Mungkin hal ini disebabkan karena semakin berkembangnya zaman, maka pemikiran saya semakin terbuka, yaitu menilai orang lain bukan dari ras masing-masing individu. Oleh karena itu saya kurang menyetujui tradisi perkawinan antar etnis Tionghoa. Walaupun begitu, sedapat mungkin konflik dengan masyarakat lain mampu dikurangi, dan akhirnya dapat hidup berdampingan dengan damai.

FM and AM

One of these frequencies is applied to an amplifier. Because the IF amplifier operates at a single frequency, it can be built to optimum selectivity and gain. The tuning control on a radio receiver adjusts the local oscillator frequency. If the incoming signals are above the threshold of sensitivity of the receiver and if the receiver is tuned to the frequency of the signal, it will amplify the signal and feed it to circuits that demodulate it, i.e., separate the signal wave itself from the carrier wave.
There are certain differences between AM and FM receivers. In an AM transmission the carrier wave is constant in frequency and varies in amplitude (strength) according to the sounds present at the microphone ; in FM the carrier is constant in amplitude and varies in frequency. Because the noise that affects radio signals is partly, but not completely, manifested in amplitude variations, wideband FM receivers are inherently less sensitive to noise. In an FM receiver, the limiter and discriminatorstages are circuits that respond solely to changes in frequency. The other stages of the FM reciever are similar to those of the AM receiver but require more care in design and assembly to make full use of FM’s advantages. FM is also used in television sound systems. In both radio and television receivers, once the basic signals have been separated from the carrier wave they are fed to a loudspeaker or a display device (usually a cathode-ray tube), where they are converted into sound and visual images, respectively.

structural functional

Pengantar
Istana Negara, Gedung Putih, Gedung DPR, Gedung Gubernur, mobil Mercy, mobil BMW, pria berotot, wanita cantik gemulai, dan gedung body lainnya adalah merupakan struktur. Sedangkan gerakan, aktivitas, sistem, hasil, serta dinamika semua lembaga tersebut adalah fungsi. Adapun gaya yang dipakai orang yang disebut tradisi , perilaku, dan visioner dikenal dengan pola pendekatan dan pertunjukkan kemampuan atau kekuatan serta popularitas kedalam maupun keluar disebut dengan kapabilitas. Struktu, fungsi, pendekatan, dan kapabilitas yang dimaksud diatas adalah semuanya dikaitkan dengan sistem politik.

A. STRUKTUR DAN FUNGSI
1. Pengertian dan definisi
Struktur politik berasal dari dua kata yaitu struktur dan politik. Struktur berarti badan atau organisasi, sedangkan plitik berarti urusan negara. Jadi secara harafiah struktur politik adalah badan atau organisasi yang berkenaan dengan urusan negara. Untuk itu struktur politik selalu berkenaan dengan alokasi nilai-nilai yang bersifat otoritatif, yaitu yang dipengaruhi oleh distribusi serta penggunaan kekuasaan. Sebagaimana Bertrand Russel mengatakan bahwa kekuasaan adalah konsep yang mendasar dalam Ilmu Sosial, seperti halnya energi dalam konsep Ilmu Alam.
Menurut Muhtar Afandi, Kekuasaan adalah kapasitas, kapabilitas, atau kemampuan untuk mempengaruhi, meyakinkan, mengendalikan, menguasai dan memerintah orang lain.
Dari pendapat tersebut diatas, terlihat bahwa kekuasaan merupakan fokus inti dari politik. Sedangkan politik sendiri mempunyai fokus utama adalah keputusan (Morton R.Davis). keputusan yang dimaksud adalah keputusan yang menyangkut kepentingan keseluruhan masyarakat dan bersifat dapat dipaksakan berlakunya.
2. Struktur Politik
Struktur adalah pelembagaan hubungan organisasi antara komponen-komponen yang membentuk bangunan itu. struktur politik sebagai satu spesies struktur pada umumnya, selalu berkenaan dengan alokasi-alokasi nilai yang bersifat otoratif yaitu yang dipengaruhi oleh distribusi serta penggunaan kekuasaan. Kekuasaan merupakan substansi pokok pembahasan ilmu politik. Ia merupakan hal pokok seperti energi dalam konsep ilmu alam (Bertrand Russel). Kekuasaan adalah sebuah kapasitas, kapabilitas, atau kemampuan untuk mempengaruhi, meyakinkan, mengendalikan, menguasai, dan memerintah orang lain. kapasitas demikian erat hubungannya dengan wewenang (authority), hak (right), dan kekuatan (force, naked power).
Karl W. Deutsch memberikan makna terhadap hakikat politik: Politik berkenaan dengan pencapaian tujuan masyarakat, bidang tugasnya ialah keputusan yang menyangkut kepentingan seluruh masyarakat dan bersifat mengikat dan dapat dipaksakan berlakunya. Politik adalah satu proses dalam mana masyarakat memutuskan bahwa aktivitas tertentu adalah lebih baik dari yang lain dan harus dilaksanakan.
Struktur politik dapat diklasifikasikan menjadi bangunan yang nampak secara jelas(konkret) dan juga tidak jelas.
a. Mesin Politik: Informal (Infrakstruktur Politik)
Mesin politik informal (Infrakstruktur Politik) adalah mesin politik yang ada dalam masyarakat yang tidak memiliki pengaruh secara langsung dalam pembuatan keputusan politik negara, seperti, perubahaan UUD, pembuatan UU, pembuatan keputusan politik lainnya, yang berlaku umum dan memaksa bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Faktor yang bersifat informal (tidak atau kurang resmi) yang dalam kenyataan mempengaruhi cara kerja aparat masyarakat untuk mengemukakan, menyalurkan, menerjemahkan, mengkonversikan tuntutan, dukungan yang berhubungan dengan kepentingan umum. Kelompok ini termasuk golongan penekan, alat komunikasi massa, dan lain-lain. struktur semacam ini dapat berupa tatanan atau pranata yang tak tampak secara jelas tetapi berpengaruh, dan eksistensinya dapat dirasakan karena adanya fungsi-fungsi yang mengalir sehingga pendekatan yang digunakan kemudian disebut structural functional.
Yang termasuk dalam resmi dan kurang resmi :
1. Pengelompokan masyarakat atas dasar persamaan sosial ekonomi, walaupun tidak nampak sebagai asosiasi tapi juga memiliki kekuatan, minimal memberikan dasar sikap mental (mental attitude) kelompok tertentu sehingga memiliki forces of revolution. Pengelompokan tersebut terdiri dari golongan tani, golongan pekerja/buruh, golongan profesional, kelas menengah, golongan intelegensia.
2. Pengelompokan atas dasar perbedaan cara, gaya, di satu pihak dan pengelompokan atas dasar kesadaran akan adanya persamaan jenis-jenis tujuan. Karena seringkali bersifat terorganisir dan mempunyai struktur sehingga membentuk assasional politik (politic assational groups). Yang termasuk dalam kategori ini adalah golongan anggota organisasi sosial non politik, golongan agama/spiritual, golongan seniman, golongan media massa dan lain-lain.
3. Pengelompokan masyarakat atas dasar kenyataan dalam kehidupan politik rakyat yang satu sama lain mengemban fungsi dan peranan politik tertentu, yang secara konvensional dikenal dalam setiap sistem politik. Kategoriu ini antara lain : partai politik, golongan kepentingan, golongan penekan, tokoh politik, dan media komunikasi politik.

Restaurant Analysis

Analisis saya mengenai R.AJA’S restoran yang terletak di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta secara garis besar sudah termasuk dalam kategori baik. Mengapa saya bicara baik? Karena dalam kuisioner mereka, secara lengkap dan lugas mampu menampung saran dan kritik dari konsumen. Namun menurut saya, kuisioner tersebut masih terdapat kekurangan.

Pertanyaan-pertanyaan yang mereka hadirkan memang menarik. Seperti bagaimana konsumen bisa mengenal R.AJA’S, jenis makanan dan minuman apa yang dipesan konsumen, kunjungan yang pertama atau lebih, pendapat konsumen mengenai makanan, minuman, penyajian, pelayanan, kebersihan, suasana, musik dan harga. Serta tidak lupa saran dan kritik dari konsumen yang diminta oleh pihak R.AJA’S sendiri.

Hal yang patut disayangkan menurut saya yang mereka tidak pertanyakan adalah bagaimana lokasi keberadaan R.AJA’S itu sendiri. Mereka tidak menanyakan apakah menurut konsumen lokasi R.AJA’S sudah strategis, ramai, dan mudah terlihat oleh para calon konsumen. Pemilihan lokasi yang strategis dan tepat sangat penting karena dapat meningkatkan pendapatan atau bahkan malah dapat mengurangi pendapatan dari restoran itu tersebut.

Pantauan mengenai lokasi akan sangat membantu bagi pihak-pihak terkait, sehingga andaikata lokasi R.AJA’S tidak termasuk strategis untuk konsumen, maka pihak manajemen bisa bertindak cepat dengan cara memindahkan lokasi ke tempat yang lebih disukai konsumen, atau bahkan stategi marketingnya bisa diubah. Sebagai contoh : apabila lokasi R.AJA’S terletak di sebuah pusat perbelanjaan yang kebanyakan didatangi oleh para orang tua, maka segmen pasar R.AJA’S dapat berubah dari remaja menjadi ke orang dewasa. Ini hanya contoh dari berbagai macam tindakan yang dapat dilakukan.

Dengan demikian menurut saya kuisioner tersebut hanya mempunyai satu buah kekurangan. Oleh karena itu secara keseluruhan kuisioner ini sudah mampu menampung kritik dan saran dari konsumen. Pemilihan pertanyaan yang tepat dari pihak R.AJA’S akan sangat membantu baik untuk konsumen maupun untuk R.AJA’S sendiri. Dan saya harapkan dengan adanya kuisioner ini maka R.AJA’S mampu lebih berkembang dalam memenuhi permintaan konsumen sehingga dapat mendapatkan keuntungan bagi R.AJA’S dan kepuasan bagi para konsumen.

Batik

Traditional clothes are one of the most important things that need to be developed in every single countries, including Indonesia. Clothes are including in the primary needs, along with food and shelter. Every country in the world has its own traditional clothes that represents the country’s itself. In Indonesia, there are 33 provinces that has its own traditional clothes, such as North Sumatra with Ulos, Java with Kebaya and Batik, Papua with Koteka, and many more. Each type of clothes was affected by culture, religion, and nature. In the past decades, Batik was known as a formal clothes that was being worn only if there was a wedding, a ceremony, or any formal occasions. Nowadays, Batik was modified into a piece of cloth that is casual, depends on the model, and also it could be formal in the same time. Some people even matched it with jeans. Batik has many designs, patterns, and colours. Some people believe that if they see others, especially women wearing batik, whatever the model is, the cloth will show the unique characteristic, and the traditional Indonesian women’s beauty. It also could promoted the Indonesian’s culture, with its unique designs, and therefore could attract non domestic tourists to Indonesia. Automatically, it will also increase the country’s profit, create new jobs for thousands of people, and we could conserved the nation’s culture.

The list of questions

1. The use of Dangdut concerts to promote political parties in Indonesia contradicts the image each party portrays to the general public through written media. Do you agree or disagree with this statement?
2. A high rate of pollution is caused by public transportation in Indonesia. However, due to the cost, it is very difficult to modify the transportation to be Eco-friendly. What do you suggest the government should do in order to solve this problem?
3. The youth of Indonesia is losing touch with its cultural heritage. Do you agree with this statement? If so, what do you suggest the government should do to solve the problem?
4. Choose 3 pillars from the 10 pillars of LSPR and explain how they can be applied to a person’s everyday life. Use reasons and examples to support your response.
5. “freedom of press threatens the stability of society.” Do you agree of disagree with this statement?
6. What can Indonesia do to increase awareness of Autism?
7. What do you think are the main causes for Women Trafficking in South Asia?
8. What ways can the internation community reduce the instances of chile labour in multi-national factories?
9. People in Indonesia are now reverting to traditional medicine because of the lack of trust in the medical system and doctors in general. What can be done to improve the medical system and change its image?
10. Dynamite and cyanide fishing are still carried out within certain areas if Indonesia. What is the environmental impact on the ecosystem?
11. “due to their fame, an artist is expected to sacrifice a certain amount of personal provacy.” Do you agree or disagree with the statement?
12. What should be done to improve the quality of the Indonesian education system?
13.

the effect of global crisis

Sebagai akibat lanjut dari krisis sub-prime mortgage Departemen Keuangan Amerika mengambil alih perusahaan perumahan terbesar Fannie Mae dan Freddie Mac pada awal September ini. Yang lebih mengejutkan lagi adalah bangkrutnya Lehman Brothers dan Merrill Lynch (yang kemudian diakuisisi Bank of America). Walaupun bank sentral AS telah menyuntik pasar sebesar US$ 70 miliar, Indeks Dow Jones tetap jatuh 4,4%, atau terbesar sejak September 2001. Selanjutnya bursa-bursa Eropapun berjatuhan pada tanggal 15 September 2008.

Akhirnya Pemerintah Bush angkat tangan dan meminta Kongres menyetujui paket penyelamatan ekonomi berupa dana talangan pemerintah/bailout sebesar US$ 700 miliar pada tanggal 18 September 2008. Saat itu Kongres menolak yang direspon dengan terus bergejolaknya pasar saham dan diakhiri dengan turunnya indeks Dow Jones sebesar 778 poin, yang merupakan penurunan terbesar dalam sejarah pada tanggal 29 September 2008.

Walaupun Presiden Bush telah menandatangani Undang-undang Stabilisasi Ekonomi Darurat 2008 pada tanggal 3 Oktober 2008, bursa-bursa dunia terus meluncur ke bawah dan paling parah Indonesia. Bahkan, pada tanggal 8 Oktober pukul 11.06 WIB bursa saham Indonesia tutup sementara saat indeks 1.451,67, atau turun 10,3% dibandingkan hari sebelumnya.

Pada tanggal 27 Oktober, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun menjadi 1.166,4 dan rupiah anjlok ke level Rp 10.663/USD setelah sebelumnya pada 23 Oktober tembus nilai psikologis Rp 10.035/USD. Kondisi ini dianggap akan mengancam sektor finansial Indonesia, sehingga beberapa kebijakan diambil oleh pemerintah dan Bank Indonesia.


Kebijakan Yang Diambil

a. Pengamanan Pasar Finansial
Hal ini dilakukan dengan cara menghindari mark to market atas portofolio dalam bentuk Surat Utang Negara (SUN) serta memberi kebebasan emiten melakukan buyback pada satu hari bursa tanpa pembatasan pembelian dari volume perdagangan harian. Emiten juga diberi kesempatan untuk membeli kembali saham, terutama yang mengalami koreksi tanpa melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) saat IHSG anjlok dan perdagangan dihentikan otoritas bursa.

Disamping itu, pemerintah akan mempercepat pencairan belanja kementrian untuk melonggarkan likuiditas. Pemerintah juga dapat mengambil langkah hukum bagi pihak-pihak yang memunculkan rumor atau melanggar aturan dan menimbulkan kepanikan pasar saham. Revisi auto rejection (naik/turunnya harga saham maksimal hanya 10% dari sebelumnya 30%) juga diterapkan.

b. Pengamanan Likuiditas

Kebijakan ini direalisasikan dengan antara lain pemerintah akan menyediakan pasokan valas bagi korporasi, menurunkan rasio Giro Wajib Minumum (GWM) valas dari 3% menjadi 1%, pencabutan pasal 4 PBI No.7/1/2005 tentang batasan Posisi Saldo Harian Pinjaman Luar Negeri Jangka Pendek, penyederhanaan perhitungan GWM rupiah 7,5% dari Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terdiri dari 5% GWM utama (statutory reserve) dan 2,5% GWyang menurut Menteri Keuangan sudah mencakup 90% dana pihak ketiga dan 97% rekening nasabah.

Kebijakan lain adalah turunnya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu) Bank Indonesia (amandemen Pasal 11 UU No 3/2004) terkait dengan pemberian fasilitas pendanaan jangka pendek, yang mana BI dapat menerima portofolio kredit yang berkolektibilitas lancar untuk dijadikan agunan pemberian fasilitas pendanaan jangka pendek M sekunder (secondary reserve).
Kebijakan yang cukup melegakan nasabah bank adalah dinaikkannya jaminan dana nasabah dari Rp 100 juta menjadi Rp 2 miliar oleh Lembaga Penjamin Simpanan.

Dampak Ke Sektor Ekonomi

Jika dilihat pada survei persepsi pasar triwulan ketiga 2008 yang dilakukan oleh Bank Indonesia, nampak bahwa dunia usaha nampaknya masih optimis bahwa pertumbuhan ekonomi masih bisa mencapai level sedikit di atas 6,4% dengan tingkat inflasi 11,1%-12,0% dan nilai rupiah pada kisaran Rp 9.250-9.500/USD. Namun dengan melihat kondisi pasar finansial yang terus memburuk di permulaan triwulan keempat ini apakah ekonomi Indonesia masih akan dapat bertahan?

Dampak ke sektor ekonomi akan terjadi jika terjadi pelarian modal, yang mengakibatkan kurs rupiah melemah tajam dan suku bunga meningkat yang bertahan selama lebih daripada 3 bulan. Akibat anjloknya nilai rupiah, inflasi akibat impor (imported inflation) akan melonjak sehingga biaya produksi meningkat tajam. Kondisi ini akan mengakibatkan daya saing produk Indonesia menurun di pasar internasional karena harganya menjadi lebih mahal untuk mengejar naiknya harga bahan baku. Selain itu di dalam negeri juga akan tersaingi oleh produk sejenis dari negara-negara lain yang lebih murah harganya (Cina, Vietnam, dll).

Pada akhirnya, industri dalam negeri akan kesulitan berproduksi dan kondisi bertambah berat jika bank-bank juga untuk sementara menghentikan pemberian kredit melihat situasi yang kurang kondusif. Kemungkinan terburuk adalah ketidakmampuan industri untuk mengembalikan cicilan hutang kepada bank, yang pada akhirnya akan meningkatkan kredit bermasalah bank.

Menurut Chatib Basri (dalam Majalah Tempo, 26 Oktober 2008, hal 116-117) dampak krisis finansial yang bermula di AS mungkin agak lebih lambat dan kecil pengaruhnya pada ekonomi Indonesia, karena adanya integrasi jaringan produksi (production network) dimana negara-negara di Asia Tenggara banyak mengekspor bahan mentah dan barang antara ke pusat-pusat jaringan produksi seperti Cina, Korea dan Jepang. Walaupun demikian, karena konsumen akhir dari barang jadi itu juga negara-negara maju, cepat atau lambat Indonesia akan terkena dampak juga.

Perlambatan ekonomi AS juga akan menurunkan ekspor Indonesia ke AS yang sekitar 12 persen dari total ekspor Indonesia. Basri juga yakin bahwa ekonomi Indonesia akan terpengaruh dari sisi jalur finansial yang mungkin lebih besar daripada jalur perdagangan tadi. Karena kerugian akibat subprime mortgage yang berlanjut menjadi krisis finansial, lembaga-lembaga keuangan yang bermasalah tersebut akan memerlukan rekapitalisasi, yang implikasinya adalah menarik uangnya keluar dari berbagai negara. Para investor juga memindahkan asetnya ke instrumen yang lebih aman seperti US Treasury Bills dan obligasi pemerintah AS sehingga dolar menyusut jumlahnya di pasaran, sehingga beberapa mata uang terdepresiasi terhadap dolar.
Produk ekspor yang diperkirakan akan mengalami dampak akibat tingginya persaingan di pasar internasional terkait dengan pelemahan pasar di AS, Uni Eropa dan Jepang antara lain tekstil & produk tekstil (TPT), produk karet, produk kayu, pulp & kertas, minyak sawit dan produk-produk logam. Di sisi lain, sebagai pasar yang sangat potensial Indonesia dipastikan akan kebanjiranproduk impor terutama dari China, India, Singapura dan negara Asia lainnya yang mengalihkan pasar utama mereka dari AS ke Asia. Produk tersebut antara lain TPT, baja, produk elektronik, keramik, makanan & minuman serta produk kayu. Sementara itu rencana ekspansi industri baik berupa perluasan dan investasi terutama pada industri padat modal (baja, petrokimia, semen, alas kaki dan produk otomotif) diperkirakan akan ditunda menunggu kondisi kembali pulih.

Jika dilihat dari sisi fundamental ekonomi, sebenarnya dapat dikatakan bahwa kondisinya masih relatif kuat yang dicirikan oleh kredit bermasalah perbankan (Non Performing Loan/ NPL gross) yang lebih kecil daripada 5% yang menunjukkan masih sehatnya sistem intermediasi, Loan to Deposit Ratio (LDR) lebih kecil daripada 80% yang menunjukkan masih cukupnya likuiditas, Capital Adequacy Ratio (CAR) sekitar 16% (Agustus 2008) yang menunjukkan kuatnya permodalan bank, tingkat depresiasi rupiah lebih kecil daripada 5% yang menunjukkan stabilnya nilai rupiah, inflasi terkendali walaupun akhir-akhir ini melebihi angka psikologis 10%, cadangan devisa yang cukup untuk empat bulan impor (per 7 Oktober 2008 USD 52,4 miliar).

Walaupun demikian, sejumlah analis mempertanyakan beberapa masalah, misalnya ekonom Suharsono Sagir2 yang melihat bahwa kondisi fundamental ekonomi Indonesia sebenarnya masih kurang kuat karena pertumbuhan ekonomi selama beberapa tahun terakhir ini tidak mampu melebihi tiga kali pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk saat ini menurut Biro Pusat Staistik (BPS) adalah 2,6%, sehingga agar fundamental ekonomi kuat dibutuhkan 7,8% pertumbuhan ekonomi. Hal yang belum pernah tercapai selama beberapa tahun terakhir ini.

Disamping itu, kontribusi sektor manufaktur juga mulai menurun, sehingga akan memperlemah fundamental ekonomi. Misalnya di tahun 2006 kontribusi manufaktur terhadap pendapatan nasional mencapai 27,5 % namun turun menjadi 27% tahun 2007 dan saat ini menjadi 26%.



Dampak ke Perbankan Indonesia

Menurut Raden Pardede (Ketua Pelaksana Forum Stabilitas Sistem Keuangan, Departemen Keuangan RI) dampak krisis ini diperkirakan tidak terlalu besar karena portfolionya sebagian besar di sektor riil (kredit), tidak pada instrumen derivatif. Dampak ke perbankan lebih pada kesulitan mendapat credit line di perbankan internasional karena hilangnya kepercayaan pasar terhadap bank-bank, bukan kepada perbankan nasional sendiri.

Adapun perbedaan penanganan krisis perbankan 1998 dengan saat ini adalah adanya kelemahan fundamental ekonomi saat itu seperti nilai rupiah yang over-valued, cadangan devisa yang kurang kuat, serta sistem perbankan yang terlalu ekspansif memberi kredit, dengan melanggar legal lending limit sementara modalnya lemah.

Disamping itu, saat krisis sudah semakin parah, tidak ada garis pemandu untuk menanggulangi krisis, bahkan pemerintah saat itu masih sangat percaya diri bahwa fundamental ekonomi masih kuat padahal krisis sudah di depan mata dan tidak berbuat apa-apa hingga akhirnya rupiah tembus lebih dari Rp 15.000/USD. Akibatnya Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) dimanipulasi dan berubah fungsi menjadi keuntungan bagi para pemilik bank nakal. Pemilik bank dan deposan tidak terlalu dirugikan karena adanya program penjaminan. Oleh karena itu wajar jika saat ini pemerintah belajar dari masa lalu dengan tidak mau menjamin deposan hingga lebih daripada Rp 2 miliar (kurang lebih 90% dari total DPK).

Saat ini pemerintah bersama Bank Indonesia relatif sangat responsif dengan dikeluarkannya kebijakan-kebijakan seperti tersebut di depan. Dampak utama dari krisis bagi bank adalah terjadinya perebutan dana terutama deposito setelah tahun ini bank-bank menggenjot tabungannya. Ini rasional bagi deposan mengingat pada kondisi krisis kecenderungan meraup bunga yang lebih tinggi yang paling mungkin tentunya dari deposito karena penanaman dana di pasar modal masih belum kondusif. Tentunya tenor yang paling disukai adalah yang singkat 1-3 bulan. Bank akan haus likuiditas akibat ekspansi yang besar di tahun 2008 ini. Per Agustus 2008 komposisi DPK adalah giro 26% (Rp 405 triliun), tabungan 29% (Rp 452 triliun) dan deposito 45% (Rp 676 triliun).
Dana-dana yang berasal dari lembaga keuangan non-bank seperti asuransi dan dana pensiun diperkirakan akan masuk ke perbankan karena masih trauma dengan penanaman dana di pasar modal. Hal yang harus diperhatikan bank terutama adalah nasabah dengan dana lebih dari Rp 2 miliar yang tidak dijamin LPS, yang tentunya rawan terhadap isu dan bisa menjadi pemicu terjadinya rush di bank.

Dampak lain dari krisis terhadap perbankan adalah: (i) kredit macet terutama di kartu kredit karena hal ini paling mudah dilakukan debitur; (ii) Kredit Perumahan (KPR) akan terhambat, kecuali kredit properti rumah/apartemen mewah dan kredit KPR untuk rumah pertama (Rp 150 juta sampai Rp 1 miliar); (iii) perusahaan multifinance akan kesulitan memperoleh kredit bank sehingga kredit otomotif dan barang elektronik akan terhambat juga. Sementara itu, kredit mikro Rp5 juta ke bawah akan semakin diminati namun juga menghadapi risiko yang semakin tinggi karena kredit ini bisa berubah penggunaan dari bisnis menjadi konsumsi, yang berakibat ketidakmampuan konsumen mengembalikan kreditnya.

Selain itu perbankan juga perlu mewaspadai kinerja debitur terutama di beberapa komoditas yang kinerjanya telah melemah antara lain TPT, produk kimia, produk elektronik, karet, coklat, kopi dan CPO.
















Grafik prediksi lajunya inflasi dan pertumbuhan BI-rate periode Januari 2008-Oktober 2009.




Kesimpulan

Krisis finansial yang bermula di AS saat ini dampaknya telah meluas ke seluruh dunia termasuk ke Indonesia. Dampak lanjutan dari krisis finansial ini diperkirakan akan mempengaruhi sektor riil. Ekonomi Indonesia diperkirakan akan terpengaruh oleh situasi ini, namun dampaknya diperkirakan tidak separah krisis 1998.














Referensi

www.detikfinance.com
www.danareksa-research.com
www.setneg.co.id
www.kompasiana.com
www.scribd.com

the classical school

Robert Townsend’s advice about organization charts in Up the Organization demonstrates the existence of the classical school :
You probably spend a major faction of your time dealing directly with people who aren’t really above or below you on the chart. If people are off to one side, but below you on the chart, you may be tempted to ignore them. Summon them to your office or at least assume that they will do whatever you want. The head of the mail room, or the chief telephone operator may hold your destiny someday. Figure out who is important to your effectiveness and then treat him (or her)that way. It wouldn’t hurt to assume, in short, that every man-and woman-is a human being, not a rectangle.
The classical theory of organization is concerned almost entirely with the design and structure of organizations, not with people. The chief tool is the organization chart. Around World War I, classical theory evolved from the scientific management movement in which man was described as a rational, economic being who can best be motivated to work by such carrot and stick techniques as piecework systems, bonus systems, time-and-motion studies and cost-figuring systems.
Given the nature of times, it was easy to motivate workers by appealing to their most basic human needs-needs heavily dependent upon money fulfillment.
The example of scientific management in practice concerns the manager of an agency who requires all employees to time their interviews with clients, record the number of minutes involved in clerical work, and calculate the average length of an interview and the average time involved in written work.
Two foremost scholars of the classical school were Henry Fayol and Max Webber. Others were James Mooney and Alan Reiley., Luther Glick, and Lyndall Urwick, and Chester Barnard.
Among the recommended principles of management, Fayol included the following :
1. Division of work (specialization)
2. Authority and responsibility (power)
3. Discipline (obedience)
4. Unity of command (one boss)
5. Unity of direction (one plan)
6. Subordination if individual interest to general interest (corncern for the organization first)
7. Remuneration of personnel (fair play)
8. Centralization (consolidation)
9. Scalar chain (chain of command)
10. Order (everyone has a unique position)
11. Equity (firm but fair)
12. Stability of tenure of personnel (low turnover)
13. Initiative (thinking out a plan)
14. Esprit de corps (high morale)
Max webber took issue with Fayol’s view of classical organization theory, distinguishing between inherent authority (traditional power, which may have been illegitimate) and legitimate authority (earned, respected, established by norms, rational and legal). Legitimate authority provided the foundation for what Weber called “bureaucracy”.
Some of the problems associated with the federal bureaucracy were publicized recently by a presidential commision that investigated paperwork in government. According to the commission, veteran bureaucrats are skilled at evading issues, shifting responsibilities, and diverting work to someone else.

SWOT analysis

Strengths :
Hal-hal yang kami anggap merupakan kekuatan kami antara lain, keunikan desain produk, dengan bahan yang berkualitas tinggi menjadikan produk kami dikategorikan sebagai unggul. Pemilihan barang-barang yang diimpor juga sangat selektif. Kami hanya memilih produk-produk impor yang kami rasa akan menjadi target dari pangsa pasar kami di Indonesia. Desain produk dengan berbagai desainer kami yang berkualitas sangatlah menjaga mutu dari busana-busana tersebut.
Weaknesses:
Tiadanya ketersediaan pengantaran jasa merupakan salah satu kelemahan dari dalam kami sendiri. Hal ini karena biaya operasional akan sangat meningkat. Selain itu dengan berbagai macam jenis dan ukuran anjing yang sangat bervariasi, maka pemilihan busana harus sangat hati-hati pada saat transaksi pembelian terjadi. Karena itulah disarankan lebih baik membeli busana tersebut dengan cara membawa hewan peliharaan masing-masing.
Opportunities:
Minimnya outlet-outlet atau toko-toko yang bergerak di bidang retail busana anjing di Indonesia, membuat perusahaan kami optimis untuk dapat merebut pangsa pasar tersebut. Terlebih dengan letak yang strategis membuat pelanggan kami sangat memadai untuk mendapatkan produk-produk kami tersebut.
Threads:
Ancaman yang mungkin datang antara lain, dengan adanya berbagai akses pembelian yang digunakan oleh para kompetitor untuk mengantarkan pesanan tersebut ke rumah pelanggan masing-masing dengan mudah, contohnya dengan internet, atau dengan paket pengiriman kilat, pembayaran dengan kartu kredit atau debit yang memudahkan calon target audience untuk dapat bertransaksi dengan baik.

steeple

Managing our environmental impacts
After more than a decade of action, we continue to make progress on managing the environmental impacts of our own operations. In some areas, our impacts extend far beyond our own operations. For example, while since 1995 we have more than halved the amount of water we use in our manufacturing (per tonne of production), this still only accounts for less than 5% of the water use in the total lifecycle of our products.
On the 'upstream' side, ie in our supply chain, we use our Business Partner Code to ensure that our suppliers meet our expectations on environmental and social impacts. With over two-thirds of our raw materials coming from agriculture, our Sustainable Agriculture Programme has a key role in managing our upstream impacts.
On the 'downstream' side – when consumers use our products – we work in partnership with various organisations and engage with consumers to achieve improvements in our wider environmental footprint, for example on water use. Our research and product development teams also aim to reduce the environmental impacts of our products during consumer use through reformulation and other innovations.


Consumer communications
We are guided by four principles in our communications with consumers.
• we are committed to building trust through responsible practices and through transparent communication – both directly to consumers and indirectly through other key stakeholders and thought-leaders
• it is our responsibility to ensure that our products are safe and that we provide clear information on their use and any risks that are associated with their use
• we fully support a consumer's right to know what is in our products and will be transparent in terms of ingredients, nutrition values and the health and beauty properties of our products
• we will use a combination of channels, which includes product labels, websites, carelines and/or consumer leaflets to communicate openly with our consumers
Nutrition labelling
We are committed to providing information to consumers to enable them to make informed choices. This means transparency on the nutrition values of our food products through on-pack labelling, telephone carelines and websites.
We continue to work with national governments, retailers and other partners on how best to promote better information. In response to growing public demand in some markets for improved nutritional labelling of food products, we are working to provide clear, simple information for consumers.
In May 2006 the Choices programme was launched. It uses a front-of-pack stamp to make it easier for consumers to identify healthier options – foods and drinks that are in line with internationally accepted dietary advice for fat, sugar and salt. The front-of pack stamp is complemented by back-of pack nutrition information. Following the launch in the US, Netherlands and Belgium in 2006, we plan to roll it out to all our major markets by the end of 2007. Over a third of products already qualify. The programme is open for our partners in the food chain and will be governed by an independent Foundation.
This independent Choices International Foundation is being established with responsibility for overseeing the use of the Choices stamp. The aim is for Choices to become an independent, international standard used across the food industry with its qualifying criteria regularly reviewed by an independent, international committee of food and nutrition scientists.
In addition, we are participating in a voluntary CIAA (Confederation of Food and Drink Industries of the European Union) nutritional labelling initiative which complements Choices.
Under this initiative, on the back of all our packs we will show the levels of eight key nutrients (energy, protein, carbohydrates, sugars, fat, saturates, fibre and sodium) per 100gm/ml, and four of these (energy, total fat, sugar and salt) as percentages of guideline daily amounts (GDA). We will also show calories on the front of packs as a percentage of GDA.


Unilever's use of packaging materials


Our packaging must be both functional and attractive while keeping the impact on the environment as low as possible. We are working to make this aspect of our business more sustainable. There are five key elements to our approach
• Remove: to eliminate, where possible, unnecessary layers of packaging such as outer cartons and shrink-wrap film – an area where our retail customers are increasingly setting reduction targets.
• Reduce: to reduce packages to the optimal size and weight for their contents.
• Reuse: to reuse packaging from the materials we receive at our factories.
• Renew: to maximise the proportion of packaging from renewable resources and to investigate the technical feasibility of biodegradable and compostable materials. In 2004, 83% of our European paper-based packaging came from sustainable sources.
• Recycle: to increase the use of recycled, recyclable and single-material components in packaging for easy sorting and recycling at the end of its use.
The Unilever Packaging Group leads the development of our strategies on sustainable packaging. The Group is studying how we develop and specify our packaging to minimise impact on the environment.
As these issues affect the whole consumer goods industry, we work in partnership with industry and stakeholder groups to explore joint action. We continue to work with the Sustainable Packaging Coalition, a group of over 50 companies, comprising packaging producers, users and retailers.
Recycling packaging
In Brazil, our brands Knorr, AdeS, Omo and Rexona are working in partnership with supermarket Pão de Açúcar to promote CEMPRE, a packaging recycling scheme for shoppers. Since the launch of this award-winning project in 2001, 101 recycling stations have been established in 18 cities, working in partnership with 15 rag-picker co-operatives to recycle nearly 15 000 tonnes of packaging.
Reducing packaging
• The redesign of our Suave shampoo bottles in the US has allowed an annual saving in plastic resin of almost 150 tonnes. This is the equivalent of 15 million fewer shampoo bottles being thrown away each year.
• By eliminating an outer carton from our Knorr vegetable mix and creating a new shipping and display box, we halved the packaging, resulting in 280 fewer pallets and six fewer trucks a year to transport the same quantity.
• Reducing the width of the outer box of Lipton soup cartons saved 154 tonnes of card

Our approach
During 2006 we continued the process of restructuring our business to improve competitiveness and support our growth strategy. The new structure is simpler and supports faster decision-making through a streamlined executive. Since 2004, we have reduced our senior management headcount by around 30%.
As a result of this restructuring and further divestments, the number of people we employed fell by around 27 000, a reduction of 13%. The sale of our tea plantations in India accounted for 18 000 of these, and the sale of the majority of our frozen foods business in Europe for a further 3 000.
In 2006 we also signed a seven-year outsourcing contract with Accenture to handle all transaction processing and administration support services for our human resources function.
In implementing our restructuring programmes we seek to act with integrity and follow agreed consultation processes. We aim to treat those affected fairly – and help them to find alternative employment if redundancy is necessary. From employee consultation, we recognise that this level of organisational change is a source of concern. We take these concerns seriously and throughout the process we communicate regularly to ensure that people understand what is happening.
Diversity & inclusion
Between 2000 and 2006, the proportion of women in management increased from 25% to 33%. We have 24 nationalities among our 123 most senior managers. In 2006 our Global Diversity Board, led by our Group Chief Executive, set up detailed diversity monitoring to track the progress of our diversity initiatives.
Health & safety
Our goal is the elimination of all employee and contractor fatalities with continual improvements in overall health and safety performance. Our internal global health and safety standards are based on the international standard OHSAS 18001.
Our total recordable accident frequency rate fell from 0.39 in 2005 to 0.33 in 2006. However, most regrettably, five employees and two contractors lost their lives. All employee fatalities resulted from car accidents. The lessons learnt from these incidents were communicated throughout the organisation.
Safe travel and transport therefore remain a priority area. The greatest challenge we face is in countries that lack basic road safety infrastructure and enforcement. During 2006, Safe Driving Teams were set up in our local companies. Led by a senior manager, these teams are now implementing country specific action plans.

Fatal accidents* 1996–2006

Accident rate** 1996–2006

Accident Frequency Rate (AFR) – Workplace accidents resulting in time off work or some temporary restriction in the work that the injured person can undertake.
Total Recordable Frequency Rates (TRFR) – All workplace accidents, excluding only those that require simple first aid treatment.
Investing in people
In line with our new business priorities, in 2006 we continued to strengthen the capabilities of our leadership teams and those working in consumer marketing and customer development. For example, the marketing function ran nearly 500 training sessions in 2006 covering around 40% of people in marketing. A new global approach to learning was designed to develop general leadership and professional skills, which we will roll out to all managers during 2007.
In 2006 we also introduced our People Vitality programme to enhance the personal well-being and effectiveness of our people at work. Hindustan Lever initiated a programme which assesses employees' body mass, blood pressure, cholesterol and blood sugar levels. It also provides nutrition, health and exercise advice. Over 10 000 employees have taken part so far, and each will be followed up annually.
Several leadership teams – including the Unilever Executive – also took part in a well-being programme. Each received an individual health check, which was then used to design a personal plan to improve their nutrition, fitness and mental resilience.
Action on HIV/AIDS
We have long-standing HIV/AIDS support programmes in sub-Saharan Africa, and in 2006 our Kericho tea estate in Kenya won the Excellence in the Workplace award from the Global Business Coalition on HIV/AIDS. Building on our work in Africa, we have implemented a more comprehensive approach to programme development in other regions too, with a particular focus on a number of Asian countries.
In September 2006, following a successful 12-month pilot of a scheme involving Unilever and four other multinationals, the World Economic Forum published its 'Guidelines to Protect your Supply Chain', outlining ways for businesses to work with smaller suppliers on awareness of HIV/AIDS prevention and treatment.
Living our values
Each year, country chairmen provide positive assurance that their business adheres to our Code of Business Principles. The Code provides a clear set of ethical guidelines to enable employees to uphold our business integrity. Our prohibition against the giving or receiving of bribes is absolute. Moreover, we make clear that no employee will be penalised for any loss of business resulting from the rejection of bribery. The Code is communicated to all employees and translated into 47 languages, with processes in place to raise concerns and report breaches. In 2006, we dismissed 68 people (compared to 66 in 2005) for breaches of our Code.
We abide by core ILO labour standards and our Code sets out requirements on protecting labour rights. In 2006 we surveyed our 35 largest businesses which showed that our youngest employees, aged 15, are in Germany, Switzerland and the US, compliant with local legislation.
In all these countries, wages paid by Unilever exceed the minimum wage established by the relevant national authority. 40% of our eligible employees are members of trade unions.
Age of youngest employees 2006
Based on our 35 largest businesses.
Age Country
15 Germany, Switzerland, United States
16 United Kingdom
17 China, South Africa
18 Argentina, Australia, Brazil, Colombia, Czech Republic,
France, Indonesia, Ireland, Japan, Mexico, Netherlands,
Spain, Sweden, Turkey
* In addition to the recordable fatality data in the chart, where such accidents may be deemed associated with our operations, Unilever requires its organisations to report fatal accidents involving members of the public, and those which occur at third-party contract manufacturers where they are producing goods and services for Unilever.
In common with the other companies in our industrial sector, these incidents are only reportable internally.
** In line with industry best practice, we include in our definition of an 'employee', temporary staff and contractors who work under our direct supervision.

Pengaruh sinetron dalam hidup sehari-hari

LATAR BELAKANG
Dewasa ini kita dapat melihat sendiri secara langsung, betapa maraknya tayangan sinetron dan reality show dalam program acara televisi yang ditayangkan stasiun televeisi swasta di tanah air. Tayangan sinetron dan reality show memiliki berbagai unsur.
Unsur yang dominan antara lain, mempunyai peran protagonis dan antagonis. Dalam hal ini pemeran atau aktor protagonis diharapkan dapat memunculkan kesan berbudi luhur dan bersikap selayaknya manusia yang tidak mendendam dan selalu berusaha menanamkan kesan bahwa perbuatan jahat selalu harus dibalas dengan perbuatan baik.
Akan tetapi, pemeran atau aktor antagonis mempunyai kesan agar para pemirsa juga terpancing emosinya dalam mengikuti jalan cerita pada sinetron tersebut. Para pemeran dianggap berhasil memerankan tokoh apabila para pemirsa dapat terpancing emosinya. Dalam hal ini, pemeran protagonis memunculkan kesan kebaikan pada pemirsa sedangkan pemeran antagonis bisa serta merta dibenci bahkan dalam kehidupan nyata.
PERMASALAHAN UTAMA
Tayangan-tayangan seperti ini menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat. Bagi sebagian masyarakat yang menyukai tayangan seperti ini, contoh ibu rumah tangga, para muda-mudi dan anak kecil, merasa terhibur dengan alur cerita, para aktor, dan betapa emosi mereka ikut terpancing dengan adanya tontonan ini.
Akan tetapi bagi mereka yang berbanding terbalik dengan masyarakat yang pro, alasan mereka untuk menentang tayangan sinetron adalah kurang mendidik, menampilkan adegan-adegan kekerasan yang transparan, dan juga memicu oara muda-mudi dan anak kecil untuk meniru adegan-adegan di dalamnya, walaupun ada adegan baik, tapi tidak tertutup kemungkinan bagi mereka untuk meniru adegan kekerasan dan kekejaman.
Walaupun begitu, masyarakat yang kontra dengan tayangan ini menyesalkan jam tayang yang diplot oleh stasiun televisi sebagai waktu prime time. Prime time adalah pada saat sebagian besar masyarakat berada di rumah untuk menonton televisi, biasanya antara jam 7-10 malam. Hal ini disayangkan, mengingat apabila tontonan ini mendapat kategori Dewasa, maka seharusnya dapat ditayangkan lebih malam, dengan asumsi bahwa muda-mudi dan anak-anak kecil sudah beristirahat.
Sementara itu, pihak stasiun televisi beralasan pada jam-jam prime time, rating dan share mereka meningkat tajam, yang akan dipicu juga dengan banyaknya sponsor yang menayangkan iklan-iklan pada waktu jeda tayangan sinetron tersebut. Di bulan Ramadhan ini, banyak beterbaran sinetron-sinetron religi yang menyelipkan moral yang baik. Seperti contoh Cinta Fitri season Ramadhan.
SINOPSIS SINETRON CINTA FITRI SEASON RAMADHAN
ANAK adalah harta yang tidak ternilai harganya. Tidak heran bila kehadiran seorang anak akan semakin merekatkan tali kasih di antara suami dan istri. Bahagia akan kehadiran seorang anak kini dirasakan pula oleh Fitri dan Farrel. Setelah melalui perjuangan panjang, buah cinta Fitri dan Farrel akhirnya lahir dengan selamat.
Farrel lantas meminta Bu Lia memberikan nama untuk anak mereka. Telanjur malu lantaran selalu bersikap jahat pada Farrel, Bu Lia pun menolak permintaan itu. Namun Farrel meyakinkan kalau permintaan itu merupakan suatu kehormatan, karena Bu Lia adalah ibu yang sangat dicintai dan dihormati oleh Farrel. Penuh haru, Bu Lia akhirnya memberi nama Raffa Emeraldi Hutama untuk anak Fitri dan Farrel.
Setelah kelahiran Raffa,Bu Lia memohon Farrel agar kembali ke rumah Hutama. Perempuan separuh baya itu mengingatkan Farrel akan amanat Hutama sebelum meninggal, menjaga keluarga dan Retro dari apa pun juga. Apa boleh buat, Farrel dan Fitri tak kuasa menolak permintaan Bu Lia.
Sebaliknya, Mischa dan Faiz terkejut melihat kepulangan Farrel, Fitri, dan Oma ke rumah. Terlebih ketika Bu Lia meminta Farrel untuk kembali bekerja di Retro. Dengan segala cara, Mischa dan Faiz berusaha menghancurkan kepercayaan Bu Lia pada Farrel. Dengan sengaja, Mischa meninggalkan petunjuk yang membuat Farrel mencurigai Faiz kalau dia bukan anak kandung Hutama.
Lantaran penasaran, Farrel dan Fitri mencoba menyelidiki hal tersebut. Bu Lia yang mengetahui niat mereka menjadi marah dan meminta Farrel dan Fitri agar tidak lagi memfitnah serta membuat keluarganya cerai berai. Di sisi lain, Faiz yang licik selalu berusaha terlihat sebagai anak baik dan saleh di depan Bu Lia.
Sementara itu, Bram yang merasa selalu diremehkan oleh Mischa dan Faiz berhasil menemukan master CCTV ketika Pak Hutama meninggal dunia di Retro. Bram shock saat mengetahui kalau pembunuh yang sebenarnya adalah Mischa dan Faiz. Dasar serakah, bukannya membongkar kedok Mischa dan Faiz, Bram malah memeras mereka demi keuntungan pribadi. Nahas bagi Maya, saat akan membongkar semua kedok Faiz, dirinya mendapat celaka hingga mengakibatkan kelumpuhan.
Di bagian lain, Aldo kehilangan Moza yang diculik Tristan pada saat mereka berlibur ke vila. Setelah melalui perjalanan panjang dan berliku, Aldo berhasil menemukan Moza yang ternyata adalah istri Tristan.
Bagaimana kisah selanjutnya? Apa yang akan dilakukan Farrel dan Fitri untuk membongkar kedok Mischa dan Faiz? Mungkinkah Mischa dan Faiz akan membiarkan Farrel, Fitri, dan Raffa hidup bahagia?
Apa yang sebenarnya terjadi pada Aldo dan Moza?
BERIKUT CUPLIKAN ADEGAN DALAM CINTA FITRI SEASON RAMADHAN


PEMBAHASAN
Dari sinopsis cerita diatas, Fitri dan Farrel sebagai dua tokoh utama selalu berusaha menanamkan nilai-nilai soleh dalam kehidupan mereka. Hal ini ditandai dengan Farrel yang memberi kesempatan kepada Bu Lia untuk memberi nama bagi buah hatinya dengan Fitri. Apalagi mengingat begitu berlikunya kehidupan Farrel dan Fitri, hal ini patut diacungi jempol.
Akan tetapi, manusia biasa memang tidak bisa luput dari dengki dan iri hati. Mischa dan Faiz yang tidak menginginkan Farrel, Fitri, Raffa, dan Bu Lia kembali ke rumah Hutama, berusaha menjalankan rencana jahat yang telah mereka susun. Rencana itu adalah dengan memfitnah Farrel agar mencurigai bahwa Faiz bukanlah anak kandung Hutama.
Apalagi saat Bram menemukan master CCTV yang memuat rekaman pembunuhan Pak Hutama, yang ternyata pelakunya adalah Mischa dan Faiz sendiri. Mereka adalah dua orang yang berpura-pura baik dan berbudi luhur, akan tetapi di belakangnya mereka adalah dua orang yang kejam dan tidak segan-segan melakukan pembunuhan demi tercapainya tujuan mereka.
Dalam sinopsis cerita ini, pemirsa diajak untuk ikut berkecimpung dalam pusaran permasalahan yang dialami keluarga Farrel dan Fitri. Sudah pasti pemirsa terpancing untuk terus mengikuti cerita sinetron ini hingga tamat episodenya.
Selain diharapkan dapat mengisi waktu, tayangan sinetron religi juga dimaksudkan bagi masyarakat untuk dapat menanamkan dan mencermati bahwa di bulan penuh berkah ini, Allah tidak pernah meninggalkan umatnya, asalkan umat manusia bertawakal dan tetap takut kepadaNya.
Menurut saya sinetron Cinta Fitri season Ramadhan ini tidak sepenuhnya mengumbar hal-hal yang negatif, melainkan kita dapat melihat sisi positif dalam sifat manusia, dalam kasus ini Farrel dan Fitri agar selalu berusaha menanamkan kebaikan dan cinta dalam setiap aspek kehidupan mereka, dan selalu membalas setiap perbuatan jahat dengan perbuatan baik. Niscaya hal tersebut akan membuat orang yang berniat jahat menjadi malu dan jera, dan tidak akan mengulangi lagi perbuatannya tersebut.
Hal-hal negatif dalam sinetron ini, misalnya seperti pembunuhan Pak Hutama yang dilakukan oleh Mischa dan Faiz, sebenarnya harus dapat diseleksi dengan baik dalam pemahaman kita.
KESIMPULAN
Tayangan sinetron dan reality show memang akan selalu memicu perdebatan di dalam masyarakat. Akan tetapi perlu diingat bahwa tidak selalu setiap sinetron atau reality show merupakan tayangan tidak bermutu yang tidak boleh ditayangkan. Semuanya akan tetap kembali kepada individu-individu yang menonton tayangan ini. Hendaknya setiap adegan dalam sinetron atau reality show diartikan secara harafiah dan jangan ditelan bulat-bulat. Dramatisasi dalam setiap tayangan memang diperlukan sehingga dapat membuat tayangan dan jalan cerita menjadi lebih hidup dan tidak monoton. Selain itu, dalam upaya pencegahan untuk tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, hendaknya pihak stasiun televisi menempatkan tayangan tersebut pada jam-jam malam atau pada saat para muda-mudi dan anak-anak sudah beristirahat.
Setiap perbuatan pasti mempunyai dua sisi yang bertolak belakang, dan jangan pernah setiap perkataan dan perbuatan ditelan bulat-bulat tanpa dicerna secara signifikan terlebih dahulu.

Prepared by
Yohanna Tjahyadi
MKT 11-1C
2007110352

segmentation

Segmentation, Positioning, and Targeting

Our product is set to the ages from 15-65 years old, which is the active ages as already known. Pepsodent Complete Care with a brand new innovation from us gives you the perfect combination between the magnificent protection for 12 hours non stop and also as a strike to a mouth odor. It makes us the complete toothpaste for a family, young and adult ages. We have also created our new positioning that Pepsodent Complete Care is suitable for families and has a complete care that will protect your teeth perfectly.

Objectives

To increase sales up to 20% until January 2009

sanksi HAM

dan penegakan hak asasi manusia. Hal tersebut dikemukakan Jamaludin dari Dirjen HAM Departemen Hukum dan HAM RI dalam bahan presentasinya saat mensosialisasikan RANHAM 2004-2009 di Kabupaten Sambas, di Aula Bappeda Sambas, Kamis (5/7).
Dikatakan dia Hak Asasi Manusia sebagai seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan YME dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dilindungi oleh negara, pemerintah, hukum, setiap orang demi kehormatan, perlindungan harkat dan martabat manusia telah diatur dalam perundang-undangan yaitu Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999. Bahkan jauh sebelum Istilah HAM tersebut populer sekarang ini, terang Jamaludin, enam puluh tahun yang lalu Bangsa Indonesia telah menegaskan pentingnya penghormatan Hak Asasi Manusia dimana teramanat dalam Pembukaan Undang-undang Dasar. ”Ranham adalah untuk menjamin peningkatan Perlindungan HAM, Pemajuan HAM, Penegakan HAM, Pemenuhan HAM, Penghormatan HAM atau dikenal dengan istilah P 5 HAM. Pertimbangannya tetap mengacu pada Nilai-nilai agama, Adat istiadat, dan Budaya bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945” ujar dia mensosialisasikan Ran HAM dihadapan Panitia Ran HAM Kabupaten Sambas yang hadir di Aula Bappeda.
Pelanggaran HAM jelas Jamaludin terbagi menjadi pelanggaran HAM biasa dan Pelanggaran HAM Berat. Pelanggaran HAM biasa ungkap dia mencakup sepuluh hak yang termaktub dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 yaitu Hak untuk hidup, Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, Hak mengembangkan diri, Hak memperoleh keadilan, Hak atas kebebasan pribadi, Hak atas rasa aman, Hak atas kesejahteraan, Hak turut serta dalam pemerintah, Hak Wanita, termasuk Hak anak. Didalam undang-undang tersebut tidak mengatur tentang sanksi, namun hanya berupa sanksi moral. Sedangkan HAM Berat diatur dengan Undang-undang No.26 Tahun 2000 dan terdapat sanksi untuk pelanggaran tersebut, diantaranya Kejahatan Genosida ( Pasal 8 ) maupun Kejahatan terhadap kemanusiaan (Pasal 7 dan 9).
Burhan Harahap dari Kanwil Departemen Hukum dan HAM Kalbar mengatakan, permasalahan HAM tidak semudah menyebutkan tiga huruf tersebut. Karena diperlukan persamaan presepsi dalam hal tindak lanjutnya. ”Permasalahan HAM tidaklah semudah menyebutkannya. Jika menyebutkanya sangat mudah, hanya tiga huruf, tetapi untuk merealisasikannya diperlukan persamaan presepsi” ujar dia saat menyampaikan pengarahan pada sosialisasi yang sama tersebut. Dijelaskan dia Panitia RANHAM dibagi menjadi Panitia Nasional, Provinsi, dan Panitia Kabupaten/kota Terdiri dari unsur Instansi pemerintah, Lembaga Nasional (untuk tingkat Panitia Nasional), Pakar, maupun Unsur Masyarakat. ”Tugasnya, untuk lingkup Nasional: Mengkoordinasikan Kegiatan RANHAM yang mencakup 6 program Utama RANHAM sesuai pasal 2 ayat 2 Keputusan Presiden Nomor 40 Tahun 2004, dan Panitia Provinsi, Kabupaten/Kota: Mengkoordinasikan Kegiat RANHAM mencakup 5 program utama RANHAM sesuai pasal 5 ayat 2 Kepres Nomor 40 tahun 2004” jelas dia.
Tujuan dari penyusunan Program Kegiatan RANHAM yaitu selain sebagai Acuan kerja bagi panitia pelaksana, juga bertujuan Meningkatkan pelaksanaan P5 HAM, Dasar penyusunan anggaran biaya dan Menuntun koordinasi dan Akuntabilitas panitia Pelaksana. Sedangkan sasaran adalah Terwujudnya Program Utama RAN HAM 2004-2009, Perlindungan, pemajuan, pemenuhan hak 14 kelompok rentan dan Menjamin P 5 HAM secara Koordinatif.

Religious Instruction

Perumpamaan tentang domba yang hilang (Mat. 18:12-14)
Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya:”Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.” Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka : “Siapakah diantara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor diantaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya diatas bahunya dengan gembira, dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka : Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu : Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.”
Analisa Perumpamaan diatas :
Perumpamaan diatas mengandung pesan dan makna yang sangat dalam, manakala Yesus menceritakan mengenai seseorang yang mempunyai seratus ekor domba. Yang paling mengejutkan dan mengandung shock effect adalah pada saat seekor dari dombanya hilang, dan ia meninggalkan sembilan puluh sembilan ekor di padang hanya untuk mencari seekor yang hilang itu. dan ia sangat bersukacita pada saat ia menemukannya kembali, sehingga ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya untuk ikut merayakan sukacita itu lebih dari pada sembilan puluh sembilan ekor yang berada di padang gurun.

Persuasive Speech

Good morning ladies and gentlemen, today I would like to present the Nokia Corporation’s brand new product. The Nokia Corporation is well known to be the most successful company which produces a wide range of mobile phones around the world. Nokia’s products are always happen to have the highest quality materials, various designs, greatest multimedia and networking. Nokia have launched many types of mobile phones, such as Xpress Music, Nseries, and also Eseries.
Nokia Xpress Music series were made for people who are really dedicated to music, often called a music junkie, Nseries were made for people who are a multimedia freak, and Eseries were made for people who has a high mobility without forgetting how to have fun.
Nokia have launched the latest Nokia Eseries’ product a few months ago called E71. If we look at the design at a glance, the first thing that may come up to your mind is “is this a Nokia or a Blackberry?”. Well, don’t be surprised, because eventhough it has the same QWERTY keyboard which makes typing a message a lot more simple, the features in E71 are completely different. It operates with Symbian Operating System which is easy to use, even for people who are not familiar with Nokia phones. Completed with a 3,2 MP camera with video mode, media player, Nokia music store, built-in radio, voice recorder, message reader, etc. More of that, E71 is also completed with built-in GPS Navigation, Infrared, and also Bluetooth connectivity.
In accordance with its tagline “do you open emails?”, there is a feature that called a push email button, which enable users to open their malbox in just one simple touch. And not just open emails, it also has the QuickOffice feature, a full speed USB connector, English and Chinese mobile dictionaries, to do list with hours, notes, and converter. If you are a having a speech, don’t worry because this small phone got a speech menu, that can help you pronounce the speech you would like to present and also has an auto-completion, auto-correction, and auto-punctuation. Nokia PC Internet Access with GPRS, EDGE, HSDPA, and a WLAN as your networks, are making your work easier than ever.
A full QWERTY keyboard doesn’t make this gadget heavy, it only has 127 grams. So ladies, you don’t have to worry because this is a fully compatible phone, with slim and stylish design, dedicated one-touch keys for home, calendar, contacts, and mailbox, and available in 2 different colours which are grey steel and white steel.
If you buy in a package, you will get : a Nokia E71, Nokia Charger, Nokia Battery, Nokia Connectivity Cable, Nokia Headset, Nokia Pouch, User Guide and other documentation, and a 2 GB MicroSD card for the external memory which you can upgrade to 8 GB maximum.
Well, look to the features that I already mentioned, this is sure to be your walking office. So, what are you waiting for? This high technology mobile gadget is looking at you and waiting to be purchased right away. Let’s go to the nearest Authorised Nokia Store in your town and feel the mobility yourself.

Persuasive Communication

Persuasive communication :
Is a communication tehnique that is directed toward changing another person’s beliefs, attitudes, and ultimately behaviours.
Key Concepts :
Encoding (message) -> channels of communication (media, person who talks)- decoding {receiver analyze the message} -> feedback (could be positive or negative) -> noise
Types of Noise :
- Physical noise (environment)
- Psychological (mood)
- Tehnical (failures of channel used)
- Social (difference between sender or receiver {between beliefs})
Components of persuasion :
1. The communicator
If a communicator is to be an effective persuader, he must possess credibility, therefore he is expected to be knowledgeable and trustworthy
Characteristics of a communicator :
- Communicator seem more trustworthy if they dont appear to be trying to convince their audience
- Communicator appear both both more credible and more trustworthy when they speak with firmness and confidence
- Communicator is also more effective persuader if they are attractive or appealing to the audience as long as their argument relates to matters of personal taste and not expertise.
2. The message
This stresses on the main content of the message
Characteristics of the message :
- Appears to logical message are more effective with educated and analytical people.
- The message relative discregancy
3. The channel of the communication
4. The audience
The classic rules of learning :
1. Effect
The message shows how they can satisfy some need they already in mind
2. Forward association
People tend to remember things in order in which they first learned or hear them, especially if the sequence is logical or if constant reference is made to it

3. Belonging
People understand more speedily and easily what relates to their own experiences
4. Repetition
Constant repetition of a fact a statement or warning does result in people learning

The process of a persuasion :
- To create rapport, generate interest or acceptance. (opening)
- To find out about them (opening)
- To state a case that will be seen as balanced in favour of action. (stating the case)
- Preventing or handling negative reactions that may unbalance the argument (handling objectives)
- Obtaining a commitment to action, or to step in the right direction. (injunction to act)
What not to do :
- Avoid the hard sell
- Resisting to compromise
- Don’t confuse argument with persuasion
- Persuasion is not a one-shot effort

Persamaan Sales dengan Marketing

1. Mengandalkan kemampuan berpikir yang kreatif dan tidak monoton
Kemampuan berpikir seorang sales dan marketer adalah sebuah kelebihan untuk mampu memenuhi kebutuhan dari masyarakat.
2. Berinovasi secara terus menerus
Yang dibutuhkan oleh seorang sales dan marketer bukanlah perencanaan jangja oendek. Melainkan pada saat kompetitor melakukan penelitian, ia harus selalu satu langkah lebih di depan.
3. Kuat, tegar, dan berdaya tahan
Seorang sales dan marketer harusnya mempunyai sifat tidak mudah menyerah, selalu percaya bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya melainkan awal yang baru, berani mencoba tantangan dan petualangan baru.
4. Berpengetahuan luas dan mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik.
Seseorang yang berpengetahuan luas akan selalu dianggap oleh masayarakat, apalagi pada saat seorang sales atau marketer yang berusaha untuk menawarkan barang, kemampuan berkomunikasi memegang peranan penting.
5. Selalu siap mengalami perubahan, dan perkembangan teknologi dan zaman.
Caranya adalah dengan selalu mengadakan penelitian yang tidak pernah terpikir oleh siap pun. Kemampuan to think out of the box dari seorang sales dan marketer teruji dalam setiap perkembangan teknologi dan zaman.

Penerapan HAM

Pelaksanaan HAM di Indonesia sudah Membaik


Denpasar (Bali Post) -
Pelaksanaan hak asasi manusia (HAM) di Indonesia dianggap sudah membaik. Meski
demikian, sangat penting untuk mempelajari penerapan HAM di negara-negara maju,
seperti Kanada dan Norwegia, serta di negara Asia Pasifik, seperti Cina.

Demikian dikemukakan Direktur Jenderal Perlindungan HAM Departemen Hukum dan
HAM RI Dr. Hafid Abbas, Kamis (2/3) kemarin, usai pembukaan ''The 7th
Canada-Cina-Norway Plurilateral Symposium on Human Rights'' di Conrad Hotel,
Tanjung Benoa.

Diakuinya dalam simposium yang berlangsung selama 3 hari (1 - 3 Maret) ini,
Indonesia memang hanya menjadi tuan rumah. Namun, dengan mendengarkan
pengalaman negara-negara yang hadir dalam acara ini, Indonesia bisa memperoleh
banyak masukan untuk menerapkan HAM. Hafid mengatakan simposium yang sudah
ketujuh kalinya diadakan ini selain melibatkan tiga negara, yaitu Norwegia,
Kanada, dan Cina, juga dihadiri perwakilan dari negara-negara Eropa dan Asia.
Beberapa wakil yang hadir antara lain dari Timor Leste dan New Zealand.

Dikatakan Hafid, selama ini pelaksanaan HAM di Kanada sudah cukup terkenal di
dunia internasional, khususnya yang berhubungan dengan perempuan. Mengingat
pelaksanaan HAM di Indonesia relatif masih baru, mempelajari pengalaman di
negara maju, seperti Kanada, merupakan hal yang penting.

Hafid mengutarakan saat ini Indonesia sedang memasuki tahapan kedua dari
rancangan aksi nasional HAM yang berlaku selama lima tahun. Meski sudah
memiliki RAN HAM tahap kedua, keterbukaan untuk menerima masukan dari negara
lain tidak ada salahnya. ''Indonesia mesti lebih terbuka menerima masukan dari
negara-negara lain yang sudah lebih berpengalaman untuk memperkaya pengetahuan
dalam penerapan HAM,'' jelas Hafid. (kmb18)

Tuesday 29 September 2009

Pendekatan Pengembangan Budaya Nasional Indonesia Dalam Era Globalisasi

Seperti telah disinggung diatas, budaya akan memberikan jati diri pada pendukungnya. Dengan kata lain, budaya akan membedakan pendukungnya dari pendukung budaya lain. Budaya juga merupakan pegangan bagi pendukungnya dalam menjalankan hidupnya, memberikan rasa aman, kebahagiaan, serta kesejahteraan lahir batin. Namun, budaya selalu berubah karena, antara lain, perjumpaannya dengan budaya-budaya lain. Walaupun budaya berbeda-beda, ada unsur-unsur dasarnya yang bersifat semesta. Selain itu, walaupun manusia merupakan produk budayanya (nurture), manusia di dalam budaya manapun dia berada, memiliki aspek biologis (nature) yang sama, yang juga menjadi sebagian dari dasar hak-hak asasi manusia yang universal.
Selain kedua hakikat tersebut diatas, terlihat pula bahwa manusia mempunyai berbagai kemampuan (competence), yang inheren dalam dirinya, kemampuan menciptakan dan memakai simbol-simbol (contoh : kemampuan manusia untuk menciptakan dan menguasai bahasa). Budaya biasanya dikaitkan dengan konsep bangsa. Jika suatu bangsa kebetulan bertumpang tindih secara sempurna (sama dan sebangun untuk meminjam istilah planimetri) dengan suatu suku atau etnis (keadaan seperti ini lebih merupakan kekecualian daripada kebiasaan dewasa ini), maka hubungan budaya dan bangsa tidaklah terlalu rumit. Mengembangkan budaya bukanlah pekerjaan yang mudah bagi bangsa Indonesia yang sangat pluralistis itu. telah disepakati bahwa masyarakat Indonesia mempunyai paham kebangsaan dan bangsa Indonesia itu berciri kebhinnekaan dan ketunggalan. Kebhinnekaannya itu diwakili oleh budaya-budaya etnis (yang tradisional) dan ketunggalannya diwakili oleh apa yang disebut budaya nasional yang supraetnis, yaitu budaya yang unsur-unsurnya banyak terdiri atas unsur-unsur baru (non tradisional dan modern, biasanya berupa unsur-unsur pinjaman dari budaya-budaya lain) dan hasi inovasi dan ciptaan mukhtahir bangsa Indonesia sendiri.
Budaya nasional yang supraetnis, berdasarkan hakikat unsur-unsur pembetuknya dan proses pembetukkannya, harus mempunyai daya cakup yang luas sehingga meliputi seluruh rakyat dan wilayah Indonesia. Dia bersifat inklusif, tidak eksklusif, tidak primordial atau sektarian, sedang budaya etnis, seperti kita ketahui menurut hakikatnya, lebih eksklusif daripada inklusif. Budaya yang demikian diharapkan dapat memberikan rasa kesatuan dan persatuan bagi setiap warga negara Indonesia. Untuk memberikan sekadar contoh, unsur-unsur budaya yang dapat berperan demikian adalah bahasa dan sastra Indonesia. Bahasa Indonesia (yang tadinya adalah bahasa Melayu) sama sekali bukanlah pemberian atau hadiah dari kelompok mana pun. Adalah kesepakatan para pejuang yang mengankat bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan untuk bangsa Indonesia melalui Sumpah Pemuda 1928. Lagu-lagu modern Indonesia seperti lagu-lagu perjuangan dan lagu-lagu lain karangan komponis Indonesia juga merupakan unsur-unsur budaya Indonesia yang daya cakupnya luas.

mengukur efektifitas promosi

Taktik dari retailer untuk meningkatkan penjualan secara langsung adalah melalui aktifitas promosi.Selain itu promosi juga merupakan alat guna menciptakan image tertentu di benak konsumen. Misalnya, promosi minyak goreng Bimoli 2 ltr Rp. 10.450,- di sebuah supermarket merupakan upaya untuk menciptakan image murah. Sedangkan promosi Ball point Montblanc Rp. 1.250.000,-/pc di butik Montblanc, akan memiliki impact ganda. Bagi konsumen yang mengetahui harga sebenarnya dari ballpoint tersebut, image-nya tentu murah sehingga dapat mendorong pembelian. Namun bagi sebagian besar orang, harga promosi tersebut justru mengukuhkan Montblanc sebagai barang mahal di kategori ballpoint. Bagi manager di operational tujuan promosi yang berkaitan dengan peningkatan penjualan adalah lebih penting. Masalah yang sering kali timbul adalah bagaimana mengukur keberhasilan atau effektivitas dari promosi yang dilakukan. Umumnya promosi dinilai berhasil jika penjualan selama periode promosi meningkat. Namun seringkali dilupakan apakah peningkatan penjualan tersebut mampu menutupi biaya-biaya tambahan yang timbul akibat promosi yang dilakukan. Singkatnya apakah promosi efektif dalam meningkatkan keuntungan bagi perusahaan.

Secara umum efektivitas promosi dapat diukur melalui:
- perubahan % kontribusi penjualan (sales mix).
-perubahan rasio kuantiti item terjual pertransaksi.
-perubahan nilai Rp dari Nett Promotion Income.
Jika ada perubahan positif atas ketiga parameter tersebut maka dapat dipastikan program promosi sukses dilaksanakan.

% Kontribusi Penjualan (%kp)

% contribusi penjualan diperoleh dengan rumus berikut:
%kp = Rp penjualan item bersangkutan/Rp penjualan total x 100%
Contoh kasus

:Penjualan Rinso Anti Noda 1 kg Rp. 10.000.000,-
Total penjualan toko Rp. 100.000.000,- \
Maka %kp = 10.000.000/100.000.000 x 100 % = 10%.
Promosi berdampak positif jika %kp setelah promosi lebih besar dibandingkan %kp sebelum promosi.

Rasio Kuantiti Item Terjual per Total Transaksi (q/tc)

Rasio kuantiti item terjual dengan total transaksi dihitung dengan rumus berikut:
q/tc = kuantiti yang terjual/total transaksi
Contoh kasus:
Selama periode promosi terjual 1.000 pc Rinso Anti Noda 1 kg. Total transaksi di toko selama periode tersebut 2000 transaksi.
Maka q/tc = 1000/2000 = 0.5 unit/transaksi
Jika q/tc selama periode promosi lebih besar dibandingkan q/tc periode regular.Maka dapat dikatakan program promosi berhasil pelaksanaannya.
Beberapa retailer mengkonversi total transaksi ini ke dalam satuan per 100 transaksi, atau per 1000 transaksi. Sehingga q/tc diartikan sebagai item yang terjual per 100 atau 1000 transaksi.

Nilai Rp dari Nett Promotion Income

Konsep utama dari retailing adalah volume penjualan. Artinya margin % boleh lebih kecil, namun dengan volume yang besar, margin rupiahnya akan besar pula. Retailer yang sukses adalah retailer yang mampu menciptakan volume. Salah satu upaya untuk meningkatkan volume adalah melalui aktivitas promosi. Aktivitas promosi dapat dianggap berhasil jika peningkatan volume penjualan juga meningkatkan nilai rupiah dari keuntungan (Net income).Aktivitas promosi dapat dikatakan mencapai titik break even jika nilai kontribusi margin (contribution margin) sama dengan biaya tetap (fixed cost).


Persamaan matematisnya adalah sebagai berikut:
Net Promotion Income = Contribution Margin - Biaya tetap

Titik impas tercapai jika Net Income = nol

0= Contribution Margin - Biaya Tetap

Maka pada titik impas:
Contribution Margin = Biaya tetap
Atau
Penjualan - Biaya Variabel = Biaya Tetap

Contoh kasus:
Deskripsi Selisih Promosi Regular
Penjualan Rp. 10.000 Rp. 20.000 Rp. 10.000
Biaya Variabel Rp. 9.500 Rp. 19.300 Rp. 9.800
-------------- ------------- ----------------
Contibution Margin Rp. 500 Rp. 1.700 Rp. 1.200
Biaya Tetap Rp. 200 Rp. 400 Rp. 200
-------------- -------------- -----------------
Net Income Rp. 300 Rp. 1.300 Rp. 1.000

Pada ilustrasi di atas aktivitas promosi memberikan Net Promotion Income lebih besar dibandingkan jika tanpa promosi (periode regular), sehingga dapat disimpulkan promosi berhasil pelaksanaannya. Kebiasaan bagi manager di toko maupun di merchandising untuk membuat evaluasi mengunakan ketiga parameter diatas akan meningkatkan effisiensi dan efektivitas program promosi di masa yang akan datang. (SMfranchise.com © 2003-2004)

marketing planning and control

INDOMIE dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Indofood Group -> MATURITY
COMPETITOR Mie Sedaap dari PT Sayap Mas Utama, anak perusahaan dari Wings Group -> STARS
Mulai launching pertama kali pada tahun 2003 dengan distribusi terbatas hanya di Pulau Jawa dan Bali. Strategi yg digunakan antara lain dengan memasang harga yang sangat ekonomis tapi dengan bumbu yg berkualitas premium, pemberian hadiah piring atau gelas, dan tingkat distribusi yang sangat merata hingga ke pelosok-pelosok, selain itu dengan iklan, dan ajang uji coba gratis besar-besaran yang diselenggarakan di tempat-tempat umum seperti mall, dll.

ADDED VALUE :
An additional aspects that added in some product or service that should be marketed as part of the whole product offer.
5 key factors of pricing :
1. Reflects cooperate objectives
2. Support image
3. Helps achieve profits
4. Provides cash for research and development
5. Only p to provide income
The similarity between PLC and BCG :
1. Introduction – Question Mark
2. Growth - Stars
3. Maturity - Cash Cows
4. Decline - Dogs

marketing mix

Product
Produk kami sangat bervariasi dan unik yang membuat pelanggan akan terus tertarik untuk mendapatkan koleksi kami yang sangat beragam dan eksklusif. Kami terus berinovasi untuk memenuhi permintaan dari para pelanggan setia kami. Produk-produk kami tersebar antara lain, baju-baju atau busana, ragam aksesoris yaitu kalung leher, tali, gelang, hingga tas untuk memudahkan membawa hewan peliharaan kemana-mana.
Price
Harga yang kami tawarkan sangat bervariasi, disesuaikan dengan kalangan-kalangan masyarakat pada umumnya. Harga yang kami tawarkan berkisar antara 39.000 – 399.000. Harga tersebut bergantung pada jenis barang, dan jenis anjing yang sesuai dengan baju dan ukuran tersebut.
Place
Produk-produk kami eksklusif karena merupakan produk yang kami desain sendiri, dengan desainer kami yang berkualitas. Produk kami tesebar di outlet-outlet BarQ yang berada di kota-kota besar di Indonesia, antara lain Jakarta, Bali, Medan, Surabya, dan Ujung Pandang.
Promotion
Promosi yang kami terapkan antara lain dengan pemasangan iklan di majalah-majalah gaya hidup, website kami, flyer dan brosur yang kami sebarkan di tempat-tempat strategis, dan juga banner dan billboard di tempat strategis yang mudah dilihat orang.

keterbelakangan pendidikan indonesia

Enam puluh tahun yang lalu bangsa Indonesia melalui pemimpinnya telah menyatakan memerdekakan dirinya. Selama ini pula, benih-benih kemerdekaan masih belum sepenuhnya dirasakan oleh sebagian besar anak negeri ini. Pembangunan yang terpusat. Kesenjangan sosial yang masih tinggi. Pendidikan yang belum mencerdaskan. Hingga hilangnya kesempatan terhadap sumber kehidupan pada sebagian besar anak negeri ini.
Pendidik. Aset negeri yang menjadi tulang punggung bagi upaya pencerdasan, hingga hari ini masih berkutat pada kekurangan jumlah dan minimnya kesejahteraan bagi pendidik. Gaji guru yang masih sangat kecil, berimbas pada kualitas pendidikan. Minimnya tenaga pendidik, juga menjadikan para siswa tidak memperoleh proses pembelajaran yang berkualitas.
Begitu banyaknya unit sekolah yang masih kekurangan tenaga guru, dikarenakan guru sudah menjadi sebuah profesi, bukan lagi sebuah pengabdian. Para pendidik masih terlalu banyak berkumpul di pusat-pusat keramaian wilayah, menjadikan begitu banyaknya anak negeri yang akhirnya lebih banyak meluangkan waktunya untuk belajar secara mandiri.
Ironis. Di saat kebangkitan para pendidik, ditengah semakin minimnya para ?pahlawan tanpa tanda jasa?, masih banyak pihak, yang hanya berkutat dengan perebutan kekayaan negeri, mengkebiri kebangkitan kekritisan generasi negeri ini. Mungkin penting bagi para pendidik, agar jangan terlalu kritis dan kreatif, karena akan di?mati?kan oleh penguasa negeri.
Buku, sebagai salah satu sumber ilmu, hingga hari ini masih belum diperuntukkan bagi orang miskin. Melambungnya harga-harga buku, menjadikan buku-buku tak mampu lagi terbeli. Buku yang digunakan sebagai alat bantu belajar di sekolah pun, masih menjadi barang dagangan yang kian hari kian tak terbeli.
Indonesia harusnya mampu menyediakan buku dan bahan bacaan lain bagi generasi negeri ini dengan murah, bahkan dengan gratis. Perpustakaan sebagai media penyedia bahan bacaan, masih merupakan barang langka di beberapa wilayah.
Alam, masih sangat jauh dijadikan sebagai tempat belajar. Padahal sudah sering kali diketahui bahwa ilmu lahirnya dari apa yang diamati dari alam. Pelajar masih sangat dijauhkan dari alam sekitarnya dalam proses-proses belajar, dikarenakan sebagian besar proses belajar-mengajar berada dalam ruangan tertutup yang membutakan pelajar terhadap kondisi sekitarnya.
Begitu banyaknya ilmu yang ada di alam, dan harusnya dapat menjadi tempat menggali dan menemukan rahasia-rahasia baru, sudah saatnya mulai dibangkitkan terhadap generasi negeri ini. Begitu banyaknya peneliti asing yang masuk ke Indonesia, walau hanya dengan visa turis, telah menggali kekayaan negeri ini untuk kemudian dijadikan kekayaan intelektual asing. Akan sangat bermanfaat, bilamana rahasia kekayaan alam Indonesia, ditemukan sendiri oleh generasi negeri ini.
Belajar pada alam, selain sebagai langkah menuju pembongkaran rahasia alam, juga akan berimbas pada pemicu ruang kritis pada generasi negeri. Juga dengan belajar pada alam, akan menjadikan generasi negeri ini menjadi lebih bijak dalam menjaga tabungan kekayaan alam negeri ini, agar tak selalu dikuras oleh kepentingan-kepentingan penjajah melalui investasi maupun hutang luar negeri.
Mungkin benar bahwa Indonesia telah 60 tahun memproklamirkan kemerdekaannya. Di masa 60 tahun ini pula Indonesia sebenarnya masih dalam keterjajahan. Penguasaan pengetahuan. Penguasaan Teknologi. Penguasaan rahasia alam. Masih sangat minim oleh generasi negeri ini.

ironi di hari pendidikan nasional

Pendidikan. Sebuah kata yang merupakan penjelasan atas sebuah cita-cita dasar perintis kemerdekaan negeri ini. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, sangat jelas tercantumkan bahwa untuk mencerdaskan kehidupan bangsa-lah negeri ini menyatakan kemerdekaannya.
Hari Pendidikan Nasional yang diperingati pada tanggal 2 Mei setiap tahunnya telah menjadi momentum untuk memperingatkan segenap negeri akan pentingnya arti pendidikan bagi anak negeri yang sangat kaya ini. Di tahun 2003, telah dilahirkan pula Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional melalui UU No. 20 tahun 2003 yang menggantikan UU No. 2 tahun 1989. Tersurat jelas dalam UU tersebut bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.
Hingga hari ini, rakyat Indonesia yang sempat tersentuhkan oleh aroma pendidikan masih sangat sedikit jumlahnya. Kesempatan untuk memperoleh pencerdasan, hanya berada dalam lingkaran kecil yang memiliki keistimewaan akses, keistimewaan kesempatan, serta keistimewaan kekayaan.
Mahalnya biaya pendidikan masih menjadi sebuah ganjalan dalam mengejar upaya pencerdasan rakyat. Walaupun telah beberapa tahun pemerintah mencanangkan pendidikan dasar, namun hingga hari ini, semakin banyak anak yang harus mempercepat hidupnya hanya karena tidak mampu membayar biaya pendidikan.
Di lain sisi, sarana belajar yang sangat sedikit dan dengan fasilitas minim, masih sangat banyak bertebaran di negeri ini. Pendidikan masih merupakan barang yang mahal. Sementara dari kualitas guru yang dihasilkan oleh lembaga penghasil guru, menciptakan begitu banyaknya guru hanya berpikir pada sebuah capaian tertulis, bukan pada pengembangan kemampuan berpikir anak. Telah terpenuhinnya catatan, nilai evaluasi belajar yang tinggi, hingga menjadi juaranya anak pada lomba keilmuan telah menjadikan otak anak menjadi sebuah memori komputer yang tak memiliki sebuah kemampuan berkreasi.
Dari kesemuanya, kemudian dunia pendidikan semakin ditekan dengan kepentingan pemodal yang menciptakan kebutuhan pekerja, bukan manusia pemikir, sehingga pendidikan hanya diarahkan pada memenuhi kebutuhan lapangan kerja, tidak untuk menghadirkan ruang aktivitas baru dalam penjalanan kehidupan.
Kewajiban pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan dasar pun hingga saat ini masih sangat jauh dari yang diharapkan. Masih terlalu banyak penduduk Indonesia yang belum tersentuh pendidikan. Selain itu, layanan pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan bermutu pun masih hanya di dalam angan. Sementara di berbagai daerah, pendidikan pun masih berada dalam kondisi keprihatinan. Mulai dari kekurangan tenaga pengajar, fasilitas pendidikan hingga sukarnya masyarakat untuk mengikuti pendidikan karena permasalahan ekonomi dan kebutuhan hidup. Pada beberapa wilayah, anak-anak yang memiliki keinginan untuk bersekolah harus membantu keluarga untuk mencukupi kebutuhan hidup karena semakin sukarnya akses masyarakat terhadap sumber kehidupan mereka.
Belum lagi bila berbicara pada kualitas pendidikan Indonesia yang hanya berorientasi pada pembunuhan kreatifitas berpikir dan berkarya serta hanya menciptakan pekerja. Kurikulum yang ada dalam sistem pendidikan Indonesia saat ini sangat membuat peserta didik menjadi pintar namun tidak menjadi cerdas. Pembunuhan kreatifitas ini disebabkan pula karena paradigma pemerintah Indonesia yang mengarahkan masyarakatnya pada penciptaan tenaga kerja untuk pemenuhan kebutuhan industri yang sedang gencar-gencarnya ditumbuhsuburkan di Indonesia.
Pendidikan juga saat ini telah menjadi sebuah industri. Bukan lagi sebagai sebuah upaya pembangkitan kesadaran kritis. Hal ini mengakibatkan terjadinya praktek jual-beli gelar, jual-beli ijasah hingga jual-beli nilai. Belum lagi diakibatkan kurangnya dukungan pemerintah terhadap kebutuhan tempat belajar, telah menjadikan tumbuhnya bisnis-bisnis pendidikan yang mau tidak mau semakin membuat rakyat yang tidak mampu semakin terpuruk. Pendidikan hanyalah bagi mereka yang telah memiliki ekonomi yang kuat, sedangkan bagi kalangan miskin, pendidikan hanyalah sebuah mimpi. Ironinya, ketika ada inisiatif untuk membangun wadah-wadah pendidikan alternatif, sebagian besar dipandang sebagai upaya membangun pemberontakan.
Dunia pendidikan sebagai ruang bagi peningkatan kapasitas anak bangsa haruslah dimulai dengan sebuah cara pandang bahwa pendidikan adalah bagian untuk mengembangkan potensi, daya pikir dan daya nalar serta pengembangan kreatifitas yang dimiliki. Sistem pendidikan yang mengebiri ketiga hal tersebut hanyalah akan menciptakan keterpurukan sumberdaya manusia yang dimiliki bangsa ini yang hanya akan menjadikan Indonesia tetap terjajah dan tetap di bawah ketiak bangsa asing.
Hal yang tidak kalah penting adalah bagaimana sistem pendidikan di Indonesia menciptakan anak bangsa yang memiliki sensitifitas terhadap lingkungan hidup dan krisis sumber-sumber kehidupan, serta mendorong terjadinya sebuah kebersamaan dalam keadilan hak. Sistem pendidikan harus lebih ditujukan agar terjadi keseimbangan terhadap ketersediaan sumberdaya alam serta kepentingan-kepentingan ekonomi dengan tidak meninggalkan sistem sosial dan budaya yang telah dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Kecerdasan adalah sebuah jalan menuju kemerdekaan sejatinya bagi negeri ini. Pendidikan adalah jalan menuju pembebasan. Pembodohan akan terus berlangsung bilamana penghuni negeri ini masih belum tersadarkan bahwa saat ini Indonesia sedang berada dalam belenggu penjajahan, dengan ditutupnya jalan menuju kecerdasan di negeri ini.
Hari Pendidikan Nasional tahun ini di tengah-tengah pertarungan politik Indonesia sudah selayaknya menjadi sebuah tonggak bagi bangkitnya bangsa Indonesia dari keterpurukan serta lepasnya Indonesia dari penjajahan bangsa asing. Sudah saatnya Indonesia berdiri di atas kaki sendiri dengan sebuah kesejahteraan sejati bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Monday 28 September 2009

international marketing

According to an annual survey the prtion of multinationals citing transfer pricing as the most important issue in terms of taxation has grown from one-half to two-thirds, and at the subsidiary level this importance is even more pronounced. Transfer prices can be based on costs or on market prices. The cost approach uses an internally calculated cost with a precentage markup added. In general cost-base prices are easier to manipulate because the cost-base itself maybe anyone of these three full cost, variable cost, or marginal cost. Market conditions in general and those relating to the competitive situation in particular, are typically mentioned as key variables in balancing operational goals and tax considerations. In some market especially in the Far East, competition may prevent the international marketer from pricing will. Prices have to be adjusted to meet local competition with lower labor costs.
Underpricing means that the seller is earning less income then it would otherwise receive in the country of origin and is paying duties on a lower based price on entry to the destination country.
Economic conditions in a market, especially the imposition of controls on movements of funds , may require the use of transfer pricing to allow the company to repatriate revenues.
A new dimension is emerging with the increase in e-commerce activities. Companies have to be particularly explicit on how pricing decision are made to avoid transfer price audits.
International transfer pricing objectives may lead to conflicting objectives especially if the influencing factors vary dramatically from one market to another. Specific policies should therefore exist that would motivate subsidiary managers to avoid making decisions would be in conflict with overall corporate goals.
Three philosophies of transfer pricing have emerged overtime :
1. Cost-base (direct cost or cost-plus)
2. Market base (discounted “dealer” price derived from a market prices)
3. Arm’s-length price, or the price that unrelated parties would have reached on the same transaction. The rationale for transferring at cost is that it increases the profits of affiliates, and there profitablity will eventually benefit the entire corporation. In most cases, cost-plus is used, requiring every affiliate to be a profit center. Deriving transfer prices from the market is the most marketing oriented method because it takes local conditions into account. Arm’s-length pricing is favored by many consituents, such as goverments, to ensure proper intracompany pricing. However, the method becomes difficult when sales to outside parties do not occur in a product category. It is often difficult to convince external authorities that through negotiation occurs between two entities controlled by the same parent. The effect of environmental influences in overseas markets can be alleviated by manipulating transfer prices at least in principal.

improving the indonesian education system

As we all can see, the education situation in Indonesia is constanly reduce its own credibility. Eventhough, the universities and other education institutions have enriched trusts and credibilities by doing some contracts with non-domestic investors to come and invest their fund for Indonesian students. It is a very contradictive part and yet surprising. Thousands of people couldn’t taste the schools’ condition, having school mates, or hanging out in malls. They have to work in order to help their parents looking for food and shelter. On the other hand, also thousands of people who is supposed to consider them as “lucky person”, have a chance to zip the education, flew over the world, to study in some countries such as USA, Australia, Singapore, France, China, and so on. What a sad part, is it? Most of the students said that the education system in Indonesia is not as good as other countries’.
So, is the Indonesian education system really that bad? Apparently not, many students who have graduated years ago, could have the same, or even higher position in a company instead of people who enrolled in other countries’ colleges or institutions. Why? Maybe the answer is in the teachers. Teachers are assumed and expected to be the students’ second parents when they are in school. In that case, there is another bond that tide the students with their teachers. In this modern century, the conventional and dictator styles are not the most popular as they were. Teachers must come to students with psychological and mentally affairs that might be interesting to them. And also, teachers must have a Bachelor Degree or other appropriate Degree to support their knowledge in giving it out to students. Government could also has a role, government could presents a fun training for teachers all over areas, including outbounds or ret-reats. That part is also supported by a different and modern teaching method, which is the democratic method. It could be combined with other methods as long as the students need them.
Schools and education institutions must refer to their curriculum as a basis. Usually the students evaluation came back to the schools’ curriculum and whether it could matched the lessons with children’s ages. Normally the schools do an evaluation to know their students’ abilitites in order to put them in the matched classes. Teachers and other elements could encourage the students to jpin the competition which the students could have a personal gains such as responsibility, patient, critical, and competitive.
The rules have an important role in doing some character searching among the students. They began to ask themself why did they were born with this shape? Or why did she not get the same hair colour as her brother’s got? Those questions will be answered along with their brain development, to realise that there are goods and bads. Being discipline will help them walking through the path, as they have themselves in making decisions. Some common rules in education institutions are, short hair for men, and to use an appropriate wardrobes, with clean and neat appearances. If we all could applied those factors, the Indonesian students will have another image of institutions, gain trusts and confidence. Although, the main factor will be depending on the students’ will and also their nationalism among people.